Atom
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Atom helium
|
|
Ilustrasi atom helium yang memperlihatkan inti atom (merah muda) dan distribusi awan
elektron (hitam).
Inti atom (kanan atas) berbentuk simetris bulat, walaupun untuk inti atom
yang lebih rumit ia tidaklah selalu demikian.
|
|
Klasifikasi
|
|
|
|
Sifat-sifat
|
|
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada
inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Sekumpulan
atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan
neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom
berasal dari Bahasa
Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat
dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai
komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf
India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran
ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih
jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan
komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak
dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan
kemudian berhasil memodelkan atom.[1]
Dalam
pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat
kecil yang memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat
dipantau dengan menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop
gaya atom. Lebih dari
99,9% massa atom berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang
bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan
inti yang tidak stabil, yang dapat mengalami peluruhan
radioaktif. Hal ini
dapat mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan
neutron pada inti.[2] Elektron yang terikat pada atom
mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami
transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras.
Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut.
Konsep bahwa
materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah
bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi
sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi
tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya.
Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh para
ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan
penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.[3]
Rujukan
paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah
filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu.[4][5] Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang
menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih
kompleks.[6] Satu abad kemudian muncul rujukan
mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan.
Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos
(bahasa Yunani: ἄτομος), yang
berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi
lagi". Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan
suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba untuk
memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.[1] Filosofi serupa juga terjadi di
India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan
istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.[3]
Kemajuan
lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi di dunia ini
terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu atom-atom
yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa
materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air.[7] Pada tahun 1789, istilah element
(unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak
dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.[8]
Berbagai
atom dan molekul yang digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical
Philosophy (1808).
Pada tahun
1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk
menjelaskan mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat
dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan
dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung
atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung
untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.[9][10]
Teori
partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu
ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang
mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak secara
acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx
mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul
air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis matematika
terhadap gerak ini.[11][12][13] Fisikawan Perancis Jean Perrin kemudian menggunakan hasil kerja
Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen, yang
kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.[14]
Berdasarkan
hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya.
Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi
lagi.[15] Thomson percaya bahwa
elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan
muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding prem).
Namun pada
tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion helium ke lembaran
tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan dengan
sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh teori
Thomson. Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif suatu
atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron
yang mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan positif ion
helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan
yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan
radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari
satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.[16] Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk
atom-atom yang berbeda namun merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson
selanjutnya menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui
hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.[17]
Model atom
hidrogen Bohr yang
menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap dan memancarkan energi foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara
itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom
Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit
lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam
maupun keluar dalam keadaan transisi.[18] Suatu elektron haruslah menyerap
ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan transisi
antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma,
ia menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis
spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.[19]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916
dijelaskan oleh Gilbert
Newton Lewis sebagai
interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[20] Atas adanya keteraturan sifat-sifat
kimiawi dalam tabel periode kimia,[21] kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919 berpendapat bahwa hal
ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling
berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron
diperkirakan menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.
Percobaan
Stern-Gerlach pada tahun
1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat kuantum atom. Ketika
seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas tersebut
terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh
karena arah spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu
garis. Namun pada kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian,
tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke
bawah.[22]
Pada tahun
1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku seperti
gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model atom matematis yang
menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai
titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan
elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara matematis
menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini
kemudian dikenal sebagai prinsip
ketidakpastian, yang
dirumuskan oleh Werner
Heisenberg pada 1926.
Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya bisa
mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan
baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat
dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan
elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan
digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana elektron
paling berkemungkinan berada.[23][24]
Diagram
skema spetrometer massa sederhana.
Perkembangan
pada spektrometri
massa mengijinkan
dilakukannya pengukuran massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer ini
menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya
defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis
William Aston menggunakan
peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda.
Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah
bilangan bulat.[25] Penjelasan pada perbedaan massa
isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral
dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop kemudian
dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki jumlah
neutron yang berbeda dalam inti atom.[26]
Pada tahun
1950-an, perkembangan pemercepat
partikel dan detektor partikel mengijinkan para ilmuwan
mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi.[27] Neutron dan proton kemudian
diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel
kecil yang disebut sebagai kuark. Model-model standar fisika nuklir
kemudian dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal
interaksi partikel subatom ini.[28]
Sekitar
tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk
menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan yang
diketuai oleh William D.
Phillips berhasil
memerangkap atom natrium dalam perangkap magnet. Claude
Cohen-Tannoudji kemudian
menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom
sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini mengijinkan ilmuwan
mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya membawa
para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein.[29]
Dalam
sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi
ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom
tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat.[30] Berbagai penelitian telah dilakukan
untuk memerangkap dan memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik mengenai sifat-sifat atom.[31]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Partikel subatom
Walaupun
awalnya kata atom berarti suatu partikel yang tidak dapat
dipotong-potong lagi menjadi partikel yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu
pengetahuan modern, atom tersusun atas berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom
ini adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian
pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua
partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan massa elektron
sebesar 9,11 × 10−31 kg dan mempunyai muatan negatif.
Ukuran elektron sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang
dapat digunakan untuk mengukur ukurannya.[32] Proton memiliki muatan positif dan
massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 × 10−27 kg).
Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali massa elektron[33] atau (1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model
standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel
elementer yang
disebut kuark. Kuark termasuk kedalam golongan
partikel fermion dan merupakan salah satu dari dua
bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton). Terdapat enam jenis kuark dan tiap-tiap kuark
tersebut memiliki muatan listri fraksional sebesar +2/3 ataupun −1/3. Proton
terdiri dari dua kuark naik dan satu kuark turun, manakala neutron terdiri dari satu kuark naik dan
dua kuark turun. Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi perbedaan massa dan
muatan antara dua partikel tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya nuklir kuat yang diperantarai oleh gluon. Gluon adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya
fisika.[34][35]
Inti atom
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Inti atom
Energi
pengikatan yang
diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai isotop.
Inti atom
terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara
kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti). Diameter
inti atom berkisar antara 10-15 hingga 10-14m.[36] Jari-jari inti diperkirakan sama
dengan fm, dengan A adalah jumlah nukleon.[37] Hal ini sangatlah kecil
dibandingkan dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama
oleh gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya kuat
residual. Pada jarak
lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling
tolak menolak.[38]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton
yang sama, disebut nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah
neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan
nuklida atom tersebut, sedangkan jumlah
neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti atom,
dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan
radioaktif.[39]
Neutron dan
proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas
pengecualian Pauli melarang
adanya keberadaan fermion yang identik (seperti misalnya proton
berganda) menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama.
Oleh karena itu, setiap proton dalam inti atom harusnya menduduki keadaan
kuantum yang berbeda dengan aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini juga
berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron
yang menduduki keadaan kuantum yang sama.[40]
Untuk atom
dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih
banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah
melalui peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron
seimbang. Oleh karena itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang
lebih stabil dan cenderung tidak meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor
atom, gaya tolak-menolak antar proton membuat inti atom memerlukan proporsi
neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang
paling berat, rasio neutron per proton yang diperlukan untuk menjaga
stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.[40]
Gambaran
proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton
dan satu neutron). Satu positron (e+) dipancarkan
bersamaan dengan neutrino elektron.
Jumlah
proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan
energi yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak partikel atom
bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari,
proton memerlukan energi sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak
antar sesamanya dan bergabung menjadi satu inti.[41] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses
fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini
biasanya terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah
melalui penembakan partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah
jumlah proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.[42][43]
Jika massa
inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel
awal penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi
(misalnya sinar gamma), sebagaimana yang ditemukan pada
rumus kesetaraan massa-energi Einstein, E = mc2,
dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.[44]
Fusi dua
inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya
bersifat eksotermik, yang berarti bahwa proses ini
melepaskan energi.[45] Adalah proses pelepasan energi
inilah yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti
yang lebih berat, energi pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini
berarti bahwa proses fusi akan bersifat endotermik.[40]
Awan elektron
Sumur potensial
yang menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan untuk
mencapai tiap-tiap posisi x. Suatu partikel dengan energi E
dibatasi pada kisaran posisi antara x1 dan x2.
Elektron
dalam suatu atom ditarik oleh proton dalam inti atom melalui gaya
elektromagnetik. Gaya ini
mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti. Hal ini
berarti bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom.
Semakin dekat suatu elektron dalam inti, semakin besar gaya atraksinya,
sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat sumur potensi memerlukan
energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron,
sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti
gelombang (dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah
dalam sumur potensi di mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang
diam (yaitu gelombang yang tidak bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi.
Perilaku ini ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu fungsi matematika yang
menghitung probabilitas suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu
ketika posisinya diukur.[46] Hanya akan ada satu himpunan
orbital tertentu yang berada disekitar inti, karena pola-pola gelombang lainnya
akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih stabil.[47]
Fungsi
gelombang dari lima orbital atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu
biidang simpul.
Tiap-tiap
orbital atom berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat
berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton. Selain dapat naik menuju aras energi yang lebih
tinggi, suatu elektron dapat pula turun ke keadaan energi yang lebih rendah
dengan memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.[47]
Energi yang
diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi pengikatan
elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai
contohnya, hanya diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom
hidrogen.[48] Bandingkan dengan energi sebesar
2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti deuterium.[49] Atom bermuatan listrik netral oleh
karena jumlah proton dan elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun
kelebihan elektron disebut sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat
ditransfer ataupun dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom
dapat saling berikatan membentuk molekul.[50]
Sifat-sifat nuklir
Berdasarkan
definisi, dua atom dengan jumlah proton yang identik dalam intinya
termasuk ke dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah
proton sama namun dengan jumlah neutron berbeda adalah dua isotop
berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai contohnya, semua hidrogen memiliki satu
proton, namun terdapat satu isotop hidrogen yang tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu
neutron (deuterium), dua neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk
isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai protium.[51] Semua isotop unsur yang bernomor
atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.[52][53]
Dari sekitar
339 nuklida yang terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah terpantau meluruh.[54] Pada unsur kimia, 80 dari unsur
yang diketahui memiliki satu atau lebih isotop stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya memiliki satu
isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil yang paling banyak terpantau pada
unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.[55]
Massa
Karena
mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan
partikel ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da).
Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar
1,66 × 10−27 kg.[56] Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan
hidrogen memiliki bobot atom 1,007825 u.[57] Atom memiliki massa yang kira-kira
sama dengan nomor massanya dikalikan satuan massa atom.[58] Atom stabil yang paling berat
adalah timbal-208,[52] dengan massa sebesar
207,9766521 u.[59]
Para
kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol didefinisikan
sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini
adalah sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama
tetapan
Avogadro. Dengan
demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang
bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon
atom memiliki massa 0,012 kg.[56]
Ukuran
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Jari-jari atom
Atom tidak
memiliki batasan luar yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya dideskripsikan
sebagai jarak antara dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama dalam ikatan kimia. Jari-jari ini bervariasi
tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di
sekitarnya, dan spin atom.[60] Pada tabel periodik unsur-unsur, jari-jari atom akan
cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya periode (atas ke bawah).
Sebaliknya jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring dengan menurunnya
nomor golongan (kanan ke kiri).[61] Oleh karena itu, atom yang terkecil
adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar adalah sesium dengan jari-jari 225 pm.[62] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil
daripada gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat menggunakan
mikroskop optik biasa. Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop
gaya atom.
Ukuran atom
sangatlah kecil, sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung
sekitar 1 juta atom karbon.[63] Satu tetes air pula mengandung
sekitar 2 × 1021 atom oksigen.[64] Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg
mengandung sekitar 1022 atom karbon.[catatan 2] Jika sebuah apel diperbesar sampai
seukuran besarnya Bumi, maka atom dalam apel tersebut akan terlihat sebesar
ukuran apel awal tersebut.[65]
Peluruhan
radioaktif
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Peluruhan
radioaktif
Diagram ini
menunjukkan waktu paruh (T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z
dan jumlah proton N (dalam satuan detik).
Setiap unsur
mempunyai satu atau lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami
peluruhan radioaktif, menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi
elektromagnetik. Radioaktivitas dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat
besar dibandingkan dengan jari-jari gaya kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar
1 fm).[66]
- Peluruhan alfa, terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium yang terdiri dari dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah unsur baru dengan nomor atom yang lebih kecil.
- Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi neutron menjadi proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi neutron menjadi proton akan diikuti oleh emisi satu elektron dan satu antineutrino, manakala transformasi proton menjadi neutron diikuti oleh emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi positron disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
- Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan yang lebih rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat terjadi setelah emisi partikel alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan
radioaktif lainnya
yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron dan proton dari inti, emisi lebih
dari satu partikel
beta, ataupun
peluruhan yang mengakibatkan produksi elektron berkecepatan tinggi yang bukan
sinar beta, dan produksi foton berenergi tinggi yang bukan sinar gama
Tiap-tiap isotop
radioaktif mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu paruh) yang merupakan lamanya waktu yang
diperlukan oleh setengah jumlah sampel untuk meluruh habis. Proses peluruhan
bersifat eksponensial, sehingga setelah dua waktu paruh, hanya akan tersisa 25%
isotop.[66]
Momen magnetik
Setiap
partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal
dengan nama spin. Spin beranalogi dengan momentum sudut suatu objek yang berputar pada pusat massanya, walaupun secara kaku partikel
tidaklah berperilaku seperti ini. Spin diukur dalam satuan tetapan Planck tereduksi (ħ), dengan elektron,
proton, dan neutron semuanya memiliki spin ½ ħ, atau "spin-½".
Dalam atom, elektron yang bergerak di sekitar inti atom selain memiliki spin juga memiliki momentum
sudut orbital, manakala
inti atom memiliki momentum sudut pula oleh karena spin nuklirnya sendiri.[69]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom
(disebut momen magnetik) ditentukan oleh kombinasi berbagai macam momentum
sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar tetap berasal dari spin. Oleh karena
elektron mematuhi asas pengecualian
Pauli, yakni
tiada dua elektron yang dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang terikat satu sama
lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin naik, dan yang
satunya lagi berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan saling
menetralkan, sehingga momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada beberapa
atom berjumlah elektron genap.[70]
a. Pada atom berelektron ganjil seperti
besi, adanya keberadaan elektron yang
tak berpasangan menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling
atom tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai
ketika spin elektron yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini
disebut sebagai interaksi pertukaran. Ketika momen magnetik atom feromagnetik tersusun
berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat menghasilkan medan
makroskopis yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen magnetik
yang tersusun acak, sehingga tiada medan magnet yang dihasilkan. Namun, momen
magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar ketika
diberikan medan magnet.[70][71]
Inti atom
juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh karena kesetimbangan
termal. Namun,
untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah mungkin untuk memolarisasi keadaan spin
nuklir secara signifikan sehingga spin-spin tersebut tersusun berjajar dengan
arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai hiperpolarisasi. Fenomena ini
memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi magnetik.[72][73]
Aras-aras
energi
Ketika suatu
elektron terikat pada sebuah atom, ia memiliki energi potensial yang berbanding terbalik terhadap
jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh besarnya energi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom dan biasanya diekspresikan
dengan satuan elektronvolt (eV). Dalam model mekanika kuantum,
elektron-elektron yang terikat hanya dapat menduduki satu set keadaan yang
berpusat pada inti, dan tiap-tiap keadaan berkorespondensi terhadap aras energi
tertentu. Keadaan energi terendah suatu elektron yang terikat disebut sebagai
keadaan dasar, manakala keadaan energi yang lebih tinggi disebut sebagai
keadaan tereksitasi.[74]
Agar suatu
elektron dapat meloncat dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah
menyerap ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan
perbedaan energi potensial antar dua aras tersebut. Energi foton yang
dipancarkan adalah sebanding dengan frekuensinya.[75] Tiap-tiap unsur memiliki spektrum
karakteristiknya masing-masing. Hal ini bergantung pada muatan inti, subkelopak
yang terisi dengan elektron, interaksi elektromagnetik antar elektron, dan
faktor-faktor lainnya.[76]
Contoh garis
absorpsi spektrum.
Ketika suatu
spektrum energi yang berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas ataupun
plasma, beberapa foton diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah aras
energi. Elektron yang tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini
sebagai foton dan jatuh kembali ke aras energi yang lebih rendah. Oleh karena
itu, atom berperilaku seperti bahan penyaring yang akan membentuk sederetan pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap kekuatan dan lebar pita spektrum mengijinkan penentuan komposisi dan sifat-sifat
fisika suatu zat.[77]
Pemantauan
cermat pada garis-garis spektrum menunjukkan bahwa beberapa memperlihatkan
adanya pemisahan halus. Hal ini terjadi karena kopling spin-orbit yang merupakan interaksi antara spin dengan gerak
elektron terluar.[78] Ketika suatu atom berada dalam
medan magnet eksternal, garis-garis spektrum terpisah menjadi tiga atau lebih
komponen. Hal ini disebut sebagai efek Zeeman. Efek Zeeman disebabkan oleh
interaksi medan magnet dengan momen magnetik atom dan elektronnya. Beberapa
atom dapat memiliki banyak konfigurasi
elektron dengan aras
energi yang sama, sehingga akan tampak sebagai satu garis spektrum. Interaksi
medan magnet dengan atom akan menggeser konfigurasi-konfigurasi elektron menuju
aras energi yang sedikit berbeda, menyebabkan garis spektrum berganda.[79] Keberadaan medan listrik eksternal dapat menyebabkan
pemisahan dan pergeseran garis spektrum dengan mengubah aras energi elektron.
Fenomena ini disebut sebagai efek Stark.[80]
Valensi dan
perilaku ikatan
Kelopak atau
kulit elektron terluar suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi disebut
sebagai kelopak valensi dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron valensi. Jumlah elektron valensi menentukan perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya.
Atom cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun
pengosongan) elektron valensi terluar atom.[81] Ikatan kimia dapat dilihat sebagai
transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang terpantau pada natrium klorida dan garam-garam ionik lainnya.
Namun, banyak pula unsur yang menunjukkan perilaku valensi berganda, atau
kecenderungan membagi elektron dengan jumlah yang berbeda pada senyawa yang
berbeda. Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini cenderung
berupa pembagian elektron daripada transfer elektron. Contohnya meliputi unsur
karbon dalam senyawa
organik.[82]
Unsur-unsur
kimia sering
ditampilkan dalam tabel
periodik yang
menampilkan sifat-sifat kimia suatu unsur yang berpola. Unsur-unsur dengan
jumlah elektron valensi yang sama dikelompokkan secara vertikel (disebut
golongan). Unsur-unsur pada bagian terkanan tabel memiliki kelopak terluarnya
terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur tersebut cenderung bersifat inert (gas mulia).[83][84]
Keadaan
Sejumlah
atom ditemukan dalam keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi
fisik benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut,
materi dapat berubah-ubah menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[85] Dalam tiap-tiap keadaan tersebut
pula materi dapat memiliki berbagai fase. Sebagai contohnya pada karbon padat,
ia dapat berupa grafit maupun intan.[86]
Pada suhu
mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat
Bose-Einstein, di mana
efek-efek mekanika kuantum yang biasanya hanya terpantau pada skala atom
terpantau secara makroskopis.[87][88] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan
ini berperilaku seperti satu atom super.[89]
Identifikasi
Mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope)
adalah suatu mikroskop yang digunakan untuk melihat permukaan suatu benda pada
tingkat atom. Alat ini menggunakan fenomena penerowongan
kuantum yang
mengijinkan partikel-partikel menembus sawar yang biasanya tidak dapat
dilewati.
Sebuah atom
dapat diionisasi dengan melepaskan satu elektronnya.
Muatan yang
ada menyebabkan
trayektori atom melengkung ketika ia melalui sebuah medan magnet. Jari-jari trayektori ion tersebut
ditentukan oleh massa atom. Spektrometer
massa menggunakan
prinsip ini untuk menghitung rasio massa terhadap muatan ion. Apabila sampel
tersebut mengandung sejumlah isotop, spektrometer massa dapat menentukan
proporsi tiap-tiap isotop dengan mengukur intensitas berkas ion yang berbeda.
Teknik untuk menguapkan atom meliputi spektroskopi emisi atomik plasma
gandeng induktif (inductively
coupled plasma atomic emission spectroscopy) dan spektrometri massa plasma gandeng
induktif (inductively
coupled plasma mass spectrometry), keduanya menggunakan plasma untuk
menguapkan sampel analisis.[90]
Metode
lainnya yang lebih selektif adalah spektroskopi pelepasan energi
elektron (electron
energy loss spectroscopy), yang mengukur pelepasan energi berkas elektron dalam suatu mikroskop elektron transmisi ketika ia berinteraksi dengan
sampel. Tomografi kuar atom memiliki resolusi sub-nanometer dalam 3-D dan dapat
secara kimiawi mengidentifikasi atom-atom individu menggunakan spektrometri massa waktu lintas.[91]
Spektrum keadaan tereksitasi dapat digunakan untuk menganalisa komposisi atom bintang yang jauh. Panjang gelombang cahaya
tertentu yang dipancarkan oleh bintang dapat dipisahkan dan dicocokkan dengan
transisi terkuantisasi atom gas bebas. Warna bintang kemudian dapat direplikasi
menggunakan lampu
lucutan gas yang
mengandung unsur yang sama.[92] Helium pada Matahari ditemukan dengan menggunakan cara ini
23 tahun sebelum ia ditemukan di Bumi.[93]
Asal usul dan
kondisi sekarang
Atom
menduduki sekitar 4% densitas energi total yang ada dalam alam semesta terpantau, dengan densitas
rata-rata sekitar 0,25 atom/m3.[94] Dalam galaksi Bima Sakti, atom memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi, dengan densitas materi dalam medium
antarbintang berkisar
antara 105 sampai dengan 109 atom/m3.[95] Matahari sendiri dipercayai berada
dalam Gelembung
Lokal, yaitu
suatu daerah yang mengandung banyak gas ion, sehingga densitas di sekelilingnya
adalah sekitar 103 atom/m3.[96] Bintang membentuk awan-awan padat
dalam medium antarbintang, dan proses evolusioner bintang akan menyebabkan
peningkatan kandungan unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium dalam
medium antarbintang. Sampai dengan 95% atom Bima Sakti terkonsentrasi dalam
bintang-bintang, dan massa total atom ini membentuk sekitar 10% massa galaksi.[97] Massa sisanya adalah materi gelap yang tidak diketahui dengan jelas.[98]
Nukleosintesis
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Nukleosintesis
Proton dan
elektron yang stabil muncul satu detik setelah kejadian Dentuman Besar. Dalam masa waktu tiga menit
sesudahnya, nukleosintesis Dentuman Besar kebanyakan menghasilkan helium, litium, dan deuterium, dan mungkin juga beberapa berilium dan boron.[99][100][101] Atom pertama (dengan elektron yang
terikat dengannya) secara teoritis tercipta 380.000 tahun sesudah Dentuman Besar,
yaitu ketika alam semesta yang mengembang cukup dingin untuk mengijinkan
elektron-elektron terikat pada inti atom.[102] Sejak saat itulah, inti atom mulai
bergabung dalam bintang-bintang melalui proses fusi nuklir dan menghasilkan unsur-unsur yang
lebih berat sampai dengan besi.[103]
Isotop
seperti litium-6 dihasilkan di ruang angkasa melalui spalasi
sinar kosmis.[104] Hal ini terjadi ketika sebuah
proton berenergi tinggi menumbuk inti atom, menyebabkan sejumlah besar nukleon
berhamburan. Unsur yang lebih berat daripada besi dihasilkan di supernova melalui proses r dan di bintang-bintang AGB melalui proses s. Kedua-duanya melibatkan
penangkapan neutron oleh inti atom.[105] Unsur-unsur seperti timbal kebanyakan dibentuk melalui peluruhan radioaktif
unsur-unsur lain yang lebih berat.[106]
Bumi
Kebanyakan
atom yang menyusun Bumi dan termasuk pula seluruh makhluk
hidupnya pernah berada dalam bentuk yang sekarang di nebula yang runtuh dari awan molekul dan membentuk Tata Surya. Sisanya merupakan akibat dari
peluruhan radioaktif dan proporsinya dapat digunakan untuk menentukan usia Bumi melalui penanggalan
radiometrik.[107][108] Kebanyakan helium dalam kerak Bumi merupakan produk peluruhan alfa.[109]
Terdapat
sekelumit atom di Bumi yang pada awal pembentukannya tidak ada dan juga bukan
merupakan akibat dari peluruhan radioaktif. Karbon-14 secara berkesinambungan dihasilkan
oleh sinar kosmik di atmosfer.[110] Beberapa atom di Bumi secara buatan
dihasilkan oleh reaktor ataupun senjata nuklir.[111][112] Dari semua Unsur-unsur
transuranium yang
bernomor atom lebih besar daripada 92, hanya plutonium dan neptunium sajalah yang terdapat di Bumi
secara alami.[113][114] Unsur-unsur transuranium memiliki
waktu paruh radioaktif yang lebih pendek daripada umur Bumi[115], sehingga unsur-unsur ini telah
lama meluruh. Pengecualian terdapat pada plutonium-244 yang kemungkinan tersimpan dalam
debu kosmik.[107] Kandungan alami plutonium dan
neptunium dihasilkan dari penangkapan neutron dalam bijih uranium.[116]
Bumi
mengandung sekitar 1,33 × 1050 atom.[117] Pada atmosfer planet, terdapat
sejumlah kecil atom gas mulia seperti argon dan neon. Sisa 99% atom pada atmosfer bumi
terikat dalam bentuk molekul, misalnya karbon dioksida, oksigen diatomik, dan nitrogen diatomik. Pada permukaan Bumi,
atom-atom saling berikatan membentuk berbagai macam senyawa, meliputi air, garam, silikat, dan oksida. Atom juga dapat bergabung membentuk bahan-bahan yang
tidak terdiri dari molekul, contohnya kristal dan logam padat ataupun cair.[118][119]
Bentuk teoritis
dan bentuk langka
Manakala
isotop dengan nomor atom yang lebih tinggi daripada timbal (62) bersifat radioaktif, terdapat suatu "pulau stabilitas" yang diajukan untuk beberapa
unsur dengan nomor atom di atas 103. Unsur-unsur super berat ini kemungkinan
memiliki inti yang secara relatif stabil terhadap peluruhan radioaktif.[120] Atom super berat yang stabil ini
kemungkinan besar adalah unbiheksium, dengan 126 proton 184 neutron.[121]
Tiap-tiap
partikel materi memiliki partikel antimaterinya masing-masing dengan muatan listrik
yang berlawanan. Sehingga, positron adalah antielektron yang bermuatan
positif, dan antiproton adalah proton yang bermuatan negatif, Ketika materi dan
antimateri bertemu, keduanya akan saling memusnahkan. Terdapat
ketidakseimbangan antara jumlah partikel materi dan antimateri. Ketidakseimbangan
ini masih belum dipahami secara menyeluruh, walaupun terdapat teori bariogenesis yang memberikan penjelasan yang
memungkinkan. Antimateri tidak pernah ditemukan secara alami.[122][123] Namun, pada tahun 1996, antihidrogen berhasil disintesis di laboratorium
CERN di Jenewa.[124][125]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar